Varian ‘Nimbus’ COVID-19 Disorot: Gejala Khas Nyeri Tenggorokan Bak Terkena Pecahan Kaca

Varian 'Nimbus' COVID-19 Disorot: Gejala Khas Nyeri Tenggorokan Bak Terkena Pecahan Kaca

Varian Nimbus COVID Terbaru – Varian baru COVID-19, NB.1.8.1 atau ‘Nimbus’, mulai menarik perhatian global setelah para ahli menduganya sebagai pemicu lonjakan kasus di beberapa negara seperti Tiongkok, Singapura, dan Hong Kong. Gejala infeksi varian ‘Nimbus’ ini relatif mirip dengan varian-varian COVID-19 sebelumnya, namun ada satu keluhan yang sangat khas dan dominan, yaitu nyeri pada bagian leher dan tenggorokan.

Baca Juga : Mitos vs. Fakta: Benarkah Air Dingin Picu Sakit Tenggorokan? Ini Penjelasan Medisnya

Varian Nimbus COVID Terbaru Nyeri Tenggorokan yang Khas: “Bak Terkena Pecahan Kaca”

Banyak pasien melaporkan nyeri tenggorokan yang sangat intens sebagai gejala paling khas dari varian ‘Nimbus’. Para dokter menggambarkannya seperti nyeri setelah terkena pecahan kaca—rasa sakit yang tajam dan menusuk saat menelan, seringkali berlokasi di bagian belakang tenggorokan.

Dr. Naveed Asif, seorang dokter umum di The London General Practice, menjelaskan gejala terkait varian ‘Nimbus’ COVID-19. Selain nyeri tenggorokan yang parah, pasien juga mengalami kemerahan di bagian belakang mulut. Gejala lainnya termasuk pembengkakan pada kelenjar leher. Gejala COVID-19 umum seperti demam, nyeri otot, dan hidung tersumbat juga masih dapat muncul. “Namun, gejalanya dapat sangat bervariasi sehingga kewaspadaan adalah kuncinya,” kata Dr. Asif kepada Manchester Evening News pada Selasa (10/6/2025).

Layanan kesehatan Inggris, NHS, juga melaporkan bahwa gejala lain dari varian ‘Nimbus’ meliputi:

  • Demam
  • Batuk baru yang terus-menerus
  • Kehilangan atau perubahan indra penciuman atau perasa
  • Sesak napas
  • Merasa mual

Kesaksian Pasien dan Penyebaran Global

Dr. Zhong Nanshan, ahli epidemiologi terkemuka di Tiongkok, menyampaikan kepada media pemerintah bahwa banyak kasus nyeri tenggorokan seperti “terkena pecahan kaca” dilaporkan pada pasien yang membutuhkan perawatan setelah terinfeksi COVID-19 varian ini.

Di media sosial Tiongkok, Weibo, banyak warganet membagikan pengalaman mereka terkait gejala varian ini. Mereka menggambarkan rasa sakit yang luar biasa dan kelelahan ekstrem. “Saat makan siang beberapa hari lalu, seorang kolega batuk sangat parah,” tulis salah satu warganet. “Saya pikir dia tersedak makanan,” tambahnya. Ia menyebut kondisi tersebut sebagai efek jangka panjang dari gelombang COVID-19 kali ini.

“Saya terkena sakit tenggorokan seperti rasa setelah menggunakan pisau cukur, dan merasa benar-benar kehabisan tenaga. Sangat parah, bengkak, nyeri, dan saya hampir tidak bisa bicara,” keluh warganet lainnya, menggambarkan penderitaan akibat gejala tersebut.

Varian ‘Nimbus’ tidak hanya menyebar di Tiongkok, Singapura, dan Hong Kong, tetapi juga telah terdeteksi di negara tetangga seperti India dan Thailand. Di Amerika Serikat, khususnya California, proporsi kasus yang disebabkan oleh varian ini telah melonjak dari 2% menjadi 19% sejak April. Lebih dari selusin kasus juga dilaporkan di negara bagian Washington, serta infeksi di Ohio, Rhode Island, dan Hawaii. Bahkan, pelancong internasional yang terinfeksi varian ini juga dilaporkan tiba di Virginia dan Kota New York.

Penilaian WHO: Lebih Menular, Namun Tidak Lebih Parah

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa analisis awal menunjukkan varian ‘Nimbus’ lebih menular dan kini mungkin menjadi penyebab sekitar separuh dari seluruh kasus COVID-19 secara global. Namun, kabar baiknya, WHO menambahkan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan varian ini lebih mungkin menyebabkan penyakit parah atau kematian.

Meskipun tingkat keparahan belum terbukti meningkat, penyebaran yang cepat dan gejala yang tidak nyaman menggarisbawahi pentingnya tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan, terutama bagi individu yang rentan. Masyarakat diimbau untuk memantau gejala dan segera mencari pertolongan medis jika mengalami keluhan yang mengkhawatirkan.