Di Tengah Gejolak Global, Pasar Properti Komersial RI Tetap Jadi Magnet Investasi Asing

Di Tengah Gejolak Global, Pasar Properti Komersial RI Tetap Jadi Magnet Investasi Asing

JAKARTA – Pasar real estate komersial (Commercial Real Estate/CRE) Indonesia menunjukkan daya tahan luar biasa, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Laporan terbaru dari konsultan properti global JLL menegaskan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi investasi utama di Asia Tenggara, didorong oleh fundamental domestik yang kuat dan sektor industri yang berkembang pesat.

Baca Juga : Fenomena “Slot Gacor”: Antara Tren Digital dan Tantangan Hukum di Indonesia

Laporan JLL mencatat bahwa total investasi CRE di kawasan Asia Pasifik melonjak 15% secara tahunan (YoY) pada kuartal II-2025, mencapai angka impresif US$ 31,2 miliar (sekitar Rp 517 triliun). Dari total arus modal ini, Indonesia disebut-sebut berhasil mengamankan posisinya sebagai negara yang paling diminati, khususnya dalam sektor manufaktur dan industri.

Permintaan Domestik dan Strategi Selektif Investor Jadi Kunci


Farazia Basarah, Country Head JLL Indonesia, menjelaskan bahwa daya tarik pasar properti komersial Indonesia pada kuartal kedua 2025 tetap tinggi, dengan fokus utama pada sektor manufaktur dan industri.

“Meskipun perekonomian global masih diliputi ketidakpastian, permintaan domestik yang solid serta strategi penempatan modal yang selektif dari investor internasional membuat pasar Indonesia tetap kompetitif,” ujar Farazia. Ia menambahkan bahwa faktor-faktor ini secara kolektif menempatkan Indonesia sebagai salah satu destinasi investasi utama di Asia Tenggara yang terus menunjukkan pertumbuhan signifikan.

Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran cara pandang investor global. Indonesia kini tidak lagi hanya dilihat sebagai pasar konsumsi besar semata, melainkan juga sebagai pusat produksi dan logistik yang strategis dalam rantai pasok regional.

Sektor Industri dan Logistik Mendorong Pertumbuhan


Secara regional, data JLL menunjukkan bahwa sektor perkantoran masih memimpin aktivitas investasi di Asia Pasifik, dengan nilai transaksi mencapai US$13,3 miliar (naik 24% YoY). Namun, di Indonesia, momentum investasi kian beralih ke sektor industri dan logistik.

Kebutuhan akan lahan industri dan gudang modern melonjak drastis, didorong oleh dua pilar utama: pesatnya pertumbuhan e-commerce domestik dan ekspansi agresif sektor manufaktur.

Analis properti menilai, prospek penurunan biaya pembiayaan di beberapa negara dan rencana ekspansi bisnis manufaktur di Asia Tenggara semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai magnet diversifikasi portofolio asing. Investasi jangka panjang inilah yang dicari di tengah volatilitas global.

“Selama lima tahun terakhir, Indonesia konsisten menarik investor yang mencari imbal hasil jangka panjang di tengah volatilitas global,” tambah Farazia.

Faktor Penopang Jangka Panjang


Selain dinamika pasar, optimisme terhadap pasar real estate komersial di Indonesia ditopang oleh fondasi ekonomi yang kokoh dan dukungan kebijakan pemerintah:

Stabilitas Ekonomi dan Pertumbuhan Sektor Manufaktur: Menjadi landasan fundamental yang memberikan kepastian bagi investor.

Pembangunan Infrastruktur Masif: Proyek-proyek infrastruktur besar memudahkan konektivitas logistik, meningkatkan nilai properti industri dan gudang.

Kebijakan Pro-Investasi: Kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi industri dan penyederhanaan perizinan investasi secara signifikan memperkuat iklim usaha di Tanah Air.

Dengan kombinasi permintaan domestik yang tak terganggu dan peran strategisnya dalam rantai pasok Asia, pasar properti komersial Indonesia diprediksi akan terus menjadi pilihan utama bagi modal asing yang mencari stabilitas dan pertumbuhan yield jangka panjang.