Amblas! IHSG Terjun Bebas 1,95% ke Level 8.066, Tembus Batas Psikologis Akibat Kombinasi Sentimen Domestik dan Global

Amblas! IHSG Terjun Bebas 1,95% ke Level 8.066, Tembus Batas Psikologis Akibat Kombinasi Sentimen Domestik dan Global

Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami tekanan jual yang masif dan tiba-tiba pada penutupan perdagangan Selasa, 14 Oktober 2025. Indeks acuan pasar modal Indonesia ini ditutup anjlok 1,95% atau kehilangan 160,68 poin ke level 8.066,52, nyaris meninggalkan level psikologis 8.000.

Baca Juga : Fenomena “Slot Gacor”: Antara Tren Digital dan Tantangan Hukum di Indonesia

Koreksi tajam ini terjadi sepanjang hari, dimulai tak lama setelah pembukaan. Sempat melemah tipis di sesi pagi, tekanan jual memuncak pada sesi kedua (intraday) yang bahkan membawa IHSG terperosok hingga 3,08% ke titik terendah harian di level 7.974,03.

Pelemahan ini diperparah oleh aksi jual bersih (net sell) investor asing yang mencapai angka signifikan Rp 1,36 triliun di seluruh pasar, menandakan tingginya kekhawatiran global terhadap risiko di pasar domestik.

Dua Faktor Utama yang Memicu Anjloknya IHSG


Menurut Muhammad Wafi, Analis dari Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), kejatuhan IHSG dipicu oleh kombinasi dua sentimen utama, yaitu dari dalam negeri (domestik) dan dari global.

  1. Kekhawatiran Domestik: Defisit APBN
    Faktor domestik yang menjadi sorotan pasar adalah meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi fiskal negara.

Defisit Anggaran: Melebarnya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang per September 2025 dikabarkan mencapai sekitar Rp 371,5 triliun, menimbulkan spekulasi mengenai kebutuhan pendanaan (pembiayaan) pemerintah.

Implikasi Pasar: Kekhawatiran defisit ini biasanya meningkatkan risiko fiskal dan dapat memicu peningkatan yield obligasi pemerintah, sehingga memengaruhi daya tarik aset-aset saham domestik. Investor mencermati sejauh mana pemerintah mampu menjaga disiplin anggaran tanpa mengorbankan pertumbuhan.

  1. Gejolak Global: Tensi Geopolitik dan Kebijakan AS
    Sentimen global memberikan tekanan yang tidak kalah besar, terutama terkait isu kebijakan perdagangan dan prospek ekonomi Amerika Serikat.

Konflik AS-Tiongkok (Perang Dagang): Meningkatnya tensi geopolitik, terutama wacana tarif impor baru atau eskalasi konflik perdagangan antara AS dan Tiongkok, menciptakan ketidakpastian di rantai pasok global. Indonesia, sebagai negara emerging market, sangat rentan terhadap dampak riak dari ketidakpastian ini.

Arah Kebijakan The Fed: Hasil pengumuman data inflasi AS yang belakangan ini dirilis, serta spekulasi mengenai sikap Bank Sentral AS (The Fed) terhadap kenaikan suku bunga, sangat menentukan. Ketidakjelasan arah ekonomi AS mendorong investor untuk mengambil posisi wait and see atau menarik dana ke aset yang lebih aman (safe haven).

Dampak Regional dan Proyeksi Pasar


Pelemahan IHSG hari itu tidak berdiri sendiri, meskipun intensitasnya termasuk dalam yang terburuk di kawasan. Bursa-bursa Asia mayoritas juga ditutup melemah.

Indeks Regional (14/10/2025) Pergerakan
Nikkei 225 (Jepang) Turun tajam
Kospi (Korea Selatan) Melemah moderat
Bursa Saham Hong Kong Melemah
Analis menyimpulkan bahwa koreksi tajam ini merupakan penyesuaian yang diperlukan pasar setelah kenaikan signifikan yang membawa IHSG mencapai rekor tertinggi baru-baru ini.

Langkah Investor: Wafi menyarankan agar investor bersikap hati-hati dan tidak terlalu agresif. Tingginya kekhawatiran global, terutama terkait ketidakpastian kebijakan AS dan kondisi fiskal domestik, membuat peluang koreksi lanjutan masih terbuka di sesi perdagangan berikutnya. Investor disarankan fokus pada saham-saham dengan fundamental kuat dan daya tahan yang terbukti dalam menghadapi tekanan ekonomi global.