Kisah Sulistia, Wanita 18 Tahun Asal Tangerang Didiagnosis Gagal Ginjal Stadium 5 Sejak Usia 14 Tahun

Kisah Sulistia, Wanita 18 Tahun Asal Tangerang Didiagnosis Gagal Ginjal Stadium 5 Sejak Usia 14 Tahun

Jakarta – Sulistia, seorang wanita berusia 18 tahun asal Tangerang, membagikan pengalaman kesehatan yang sangat berat, yaitu didiagnosis mengalami gagal ginjal stadium 5 sejak usianya masih menginjak 14 tahun. Kisahnya menyoroti pentingnya diagnosis akurat dan kesadaran akan pola hidup sehat sejak dini.

Sebelum diagnosis mengejutkan tersebut ditegakkan, Sulistia sempat mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi penyakitnya. Ia berulang kali memeriksakan diri ke berbagai klinik dengan keluhan yang selalu disalahartikan sebagai gangguan asam lambung.

Baca Juga : Resmi: The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan 25 bps di Tengah Perpecahan Internal yang Jarang Terjadi

Bahkan, Sulistia sempat didiagnosis mengalami flek paru dan diberikan anjuran untuk mengambil obat setelah jadwal kontrol berikutnya. Namun, sebelum jadwal tersebut tiba, kondisi kesehatannya memburuk secara drastis hingga ia kehilangan kesadaran.

Diagnosis Kritis dan Perawatan di ICU

Sulistia kemudian dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) salah satu rumah sakit di Tangerang. Di sinilah, melalui pemeriksaan lebih lanjut, tim medis akhirnya menemukan fakta bahwa ia menderita gagal ginjal stadium 5.

Mengingat usianya yang masih 14 tahun saat itu, rumah sakit pertama tidak dapat memberikan penanganan spesialis yang memadai sehingga ia harus dirujuk ke rumah sakit lain.

“Sampainya di sana saya langsung dilarikan ke ruang ICU selama dua minggu dalam keadaan koma, terus cuci darah rutin selama dirawat,” ungkap Sulistia saat dihubungi detikcom, Senin (8/12/2025).

“Saya kena gagal ginjal pada tahun 2021 di umur 14 tahun. Sekarang saya sudah 18 tahun, jadi sudah empat tahun menjalani kondisi gagal ginjal,” lanjutnya.

Faktor Risiko: Pola Makan dan Riwayat Hipertensi

Kepada detikcom, Sulistia membeberkan beberapa kebiasaan hidup yang diduga menjadi pemicu utama kerusakan ginjalnya:

  • Konsumsi Minuman Manis: Sulistia memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman berwarna dan manis dalam jumlah yang sering.
  • Kurangnya Asupan Air Putih: Ia mengakui bahwa dirinya jarang mengonsumsi air putih, padahal asupan cairan yang cukup sangat vital untuk fungsi ginjal.
  • Makanan Siap Saji: Ia juga kerap mengonsumsi makanan siap saji atau fast food.
  • Riwayat Keluarga: Selain pola makan, Sulistia juga memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang diturunkan dari ibunya. Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kerusakan ginjal kronis.

Dokter yang merawatnya menjelaskan bahwa gejala gagal ginjal yang dialami Sulistia kemungkinan besar dipicu oleh kebiasaan mengonsumsi minuman berwarna dan makanan siap saji yang berlebihan.

“Kata dokter, gejalanya karena minuman berwarna dan makanan siap saji. Sebenarnya boleh makan dan minum seperti itu, tetapi air putihnya harus 2 liter dalam sehari untuk menetralisir,” tutur Sulistia, mengutip nasihat dokter.

Kisah Sulistia ini menjadi pengingat serius bagi masyarakat, terutama kalangan remaja, mengenai dampak jangka panjang dari pola makan tidak sehat dan kurangnya hidrasi terhadap organ vital seperti ginjal.