Jakarta – Industri penerbangan Pakistan kembali menjadi sorotan setelah Otoritas Penerbangan Sipil Pakistan (PCAA) mengambil langkah tegas dengan mencabut izin operasional (Air Operator Certificate/AOC) maskapai swasta Serene Air. Keputusan drastis ini diambil karena PCAA menilai maskapai tersebut tidak memiliki satu pun pesawat yang laik beroperasi.
Baca Juga : Fenomena “Slot Gacor”: Antara Tren Digital dan Tantangan Hukum di Indonesia
Dasar Pencabutan: Krisis Kelayakan Terbang Armada
Dalam keterangan resminya, PCAA menjelaskan bahwa Serene Air dinilai gagal memenuhi standar keselamatan dan kapasitas operasional.
“Serene Air tidak memiliki pesawat yang laik beroperasi untuk penerbangan, sehingga tidak mampu memenuhi kapasitas operasional yang diperlukan dalam menjalankan penerbangan yang aman sesuai dengan aturan dan regulasi PCAA yang berlaku,” bunyi surat resmi PCAA.
Oleh karena itu, AOC yang telah diterbitkan untuk Serene Air resmi ditangguhkan segera. Penangguhan ini secara efektif menghentikan seluruh layanan penerbangan maskapai tersebut.
Profil Singkat Serene Air
Serene Air adalah maskapai swasta yang mulai beroperasi pada tahun 2017. Awalnya, maskapai ini hanya melayani rute domestik, namun kemudian memperluas jaringannya ke penerbangan internasional, mencakup destinasi penting seperti China, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Saat ini, Serene Air memiliki total tujuh pesawat, yang terdiri dari:
Tiga unit Airbus A330-200
Empat unit Boeing 737-800
Kondisi Miris Seluruh Armada
Laporan dari situs aviasi One Mile At A Time mengungkap kondisi memprihatinkan dari seluruh armada Serene Air, yang menjadi alasan utama PCAA mencabut izin mereka. Hampir seluruh pesawat, baik Airbus maupun Boeing, menunjukkan periode non-aktif yang panjang.
Jenis Pesawat Jumlah Unit Status Operasional Terakhir (Per Akhir September)
Airbus A330-200 3 Unit Satu pesawat tidak beroperasi selama lebih dari setahun. Dua pesawat lainnya terakhir terbang pada 26 dan 29 September ke Karachi (KHI) dan Jeddah (JED).
Boeing 737-800 4 Unit Tiga pesawat tidak aktif selama lebih dari setahun. Satu pesawat terakhir terbang pada 27 September ke Tianjin (TSN).
Data ini menunjukkan bahwa mayoritas armada Serene Air telah terparkir lama dan tidak dapat digunakan untuk penerbangan komersial, yang berarti maskapai tidak dapat memenuhi jadwal penerbangan yang aman dan teratur.
Masalah Teknis dan Komitmen Pengembalian Dana
Salah satu contoh masalah teknis yang dihadapi maskapai ini adalah laporan mengenai salah satu pesawat yang mengalami insiden bird strike (tabrakan dengan burung) di Arab Saudi, dan setelah itu tidak dapat dioperasikan kembali.
Menyusul pencabutan izin ini, Serene Air menyatakan komitmennya untuk bertanggung jawab dengan memulangkan atau memberikan refund (pengembalian dana) kepada seluruh penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket penerbangan mereka.
Langkah PCAA ini sekali lagi menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap standar keamanan penerbangan internasional, dan menunjukkan bahwa otoritas tidak akan mentolerir maskapai yang gagal mempertahankan kelayakan terbang armadanya.
Keputusan pencabutan izin ini tentu menimbulkan pertanyaan besar mengenai masa depan maskapai Serene Air dan nasib rute-rute internasional yang selama ini mereka layani.