Jakarta – Pakaian untuk wawancara kerja bukan sekadar penutup aurat, melainkan investasi personal branding pertama Anda. Bingung memilih antara setelan jas formal atau kemeja yang rapi? Keputusan ini tidak bisa disamaratakan, melainkan harus disesuaikan dengan tiga pertimbangan utama: perusahaan, posisi, dan kepribadian Anda.
Baca Juga : ANAKANGSA Mengenal Dunia Judi: Antara Hiburan, Strategi, dan Tantangan Modern
Pakar karier dari Western Washington University menyarankan bahwa pakaian yang Anda kenakan harus memancarkan minat dan keseriusan Anda terhadap posisi yang dilamar, sekaligus menunjukkan pemahaman Anda terhadap budaya perusahaan.
Berikut adalah panduan mendalam untuk membantu Anda menentukan pilihan terbaik.
1. Pahami Budaya Perusahaan: Formal vs. Fleksibel
Langkah terpenting dalam menentukan dress code adalah melakukan riset mendalam terhadap calon perusahaan Anda. Pakaian Anda harus selaras dengan lingkungan kerja yang akan Anda masuki.
| Industri/Jenis Perusahaan | Budaya Umum | Saran Pakaian (Wawancara Tingkat Awal/Menengah) |
| Korporasi, Perbankan, Hukum, Pemerintahan | Sangat Formal & Tradisional | Jas Lengkap (Setelan Gelap) dengan Dasi. Ini menunjukkan rasa hormat dan profesionalisme yang tinggi. |
| Teknologi (Start-up), Media Kreatif, Non-profit | Kasual Rapi (Smart Casual) & Fleksibel | Kemeja Berkerah (Polo atau Oxford) dengan Blazer/Sports Coat. Dasi opsional. Hindari jas full set agar tidak terlihat kaku. |
| Teknis, Manufaktur, Lapangan | Fokus pada Fungsionalitas | Kemeja Berkancing dengan Celana Bahan/Chino yang Rapi. Jas mungkin berlebihan, kecuali untuk posisi manajerial. |
Tips Praktis Riset:
- Intip Media Sosial: Perhatikan foto-foto karyawan di situs web atau akun media sosial resmi perusahaan. Apakah mereka sering terlihat memakai dasi atau hanya kemeja?
- Tanyakan Perekrut: Jika ragu, tidak ada salahnya bertanya kepada perekrut mengenai dress code perusahaan sebelum hari-H.
2. Berpakaian Satu Tingkat Lebih Profesional (Prinsip Dress One Level Up)
Strategi yang diakui banyak profesional adalah dress one level up—berpakaian sedikit lebih profesional daripada posisi pekerjaan yang Anda lamar atau dari lingkungan kerja sehari-hari di sana.
Tujuannya:
- Menunjukkan Keseriusan: Pakaian yang lebih rapi mengkomunikasikan kepada pewawancara bahwa Anda menaruh minat besar pada lowongan tersebut dan menghormati proses wawancara.
- Menciptakan Kesan Kompeten: Penampilan yang profesional sering kali dihubungkan dengan disiplin dan etos kerja yang baik.
Namun, batasi peningkatan ini. Jika Anda melamar di startup yang karyawannya hanya memakai kaus berkerah rapi, memakai jas lengkap dapat menciptakan jarak dan membuat Anda terlihat tidak cocok dengan budaya kerja yang santai. Dalam kasus ini, kemeja polos dengan blazer yang dipadukan celana chinos rapi adalah pilihan yang lebih cerdas daripada jas full set.
3. Kenyamanan dan Kesesuaian (The Perfect Fit)
Baik Anda memilih jas atau kemeja, faktor terpenting adalah kesesuaian (fit) dan kenyamanan pakaian di tubuh Anda. Pakaian yang kedodoran atau terlalu ketat akan mengganggu penampilan dan, yang lebih penting, mengikis rasa percaya diri Anda.
Kesesuaian adalah Kunci Profesionalisme:
- Jas: Bahu jas harus pas di tulang bahu Anda, dan panjang lengan harus memperlihatkan sedikit manset kemeja.
- Kemeja: Pastikan kerah kemeja bersih dan berdiri tegak. Lengan harus rapi, dan kancing tidak tertarik.
- Warna: Pilih warna-warna yang netral dan profesional seperti biru muda, putih, atau abu-abu. Untuk jas, warna hitam, biru dongker (navy), atau abu-abu tua adalah pilihan aman.
Ingat, penampilan yang rapi dapat meningkatkan kepercayaan diri Anda. Dengan pakaian yang pas, Anda akan lebih fokus pada jawaban wawancara daripada memikirkan apakah pakaian Anda terlihat berantakan. Pakaian yang baik memberikan kesan kuat tentang diri Anda—yakni sosok yang terperinci dan profesional.

