Jakarta – Pemerintah Indonesia serius mengejar target swasembada dan ketahanan air pada tahun 2045. Untuk mewujudkan ambisi ini, Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra) menggandeng Enterprise Singapore (EnterpriseSG) dalam sebuah Workshop on Water Supply Management yang digelar di Jakarta.
Acara ini menjadi wadah penting untuk bertukar ilmu dan pengalaman, khususnya dengan Singapura yang dikenal memiliki manajemen air yang inovatif. Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat perbaikan sistem pengelolaan air minum di Indonesia.
Perubahan Paradigma: Dari Pengeboran ke Keberlanjutan
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kemenko Infra, Rachmat Kaimuddin, menekankan pentingnya perubahan cara pandang masyarakat terhadap air. Ia menyoroti kebiasaan masyarakat yang masih bergantung pada eksploitasi air tanah.
“Di Indonesia, banyak orang berpikir cukup mengebor sumur, air bersih akan langsung tersedia,” ujar Rachmat. “Padahal, cara itu tidak berkelanjutan untuk sumber daya yang sangat berharga ini.”
Ia mengakui, tantangan terbesar adalah memastikan ketersediaan air bersih dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Menurutnya, Indonesia masih jauh dari kondisi ideal, dan diperlukan dukungan politik yang kuat dari pemerintah pusat untuk mencapai tujuan tersebut.
“Inilah saatnya Indonesia fokus menjadi swasembada air. Dengan perhatian langsung dari presiden, ada kemauan politik dan dukungan yang kuat untuk mewujudkannya,” tegasnya.
Strategi Komprehensif dan Sinergi Lintas Sektor
Rachmat Kaimuddin memaparkan bahwa strategi untuk mencapai ketahanan air tidak hanya sebatas pembangunan infrastruktur. Ini adalah sebuah pendekatan yang komprehensif, mencakup:
- Pembangunan infrastruktur yang memadai.
- Tata kelola yang kuat.
- Penerapan teknologi terkini.
- Edukasi masyarakat untuk mengubah perilaku.
“Ketahanan air bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga manajemen dan kesadaran masyarakat,” jelas Rachmat. Ia juga menekankan bahwa keberhasilan ini sangat bergantung pada sinergi antara pemerintah pusat, daerah, swasta, dan masyarakat.
Ketahanan air merupakan prioritas utama karena dampaknya yang luas, mulai dari mendukung pembangunan ekonomi hingga memastikan kesehatan publik dan ketahanan pangan.
Belajar dari Singapura: Inovasi di Tengah Keterbatasan
Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Singapura, Terrence Teo, menyambut baik kolaborasi ini. Ia menyebut bahwa pengalaman Singapura dalam mengelola sumber daya air yang terbatas bisa menjadi inspirasi berharga bagi Indonesia.
“Singapura, sebagai negara yang juga kekurangan air, memahami betul perlunya manajemen air yang efisien dan inovatif,” kata Teo. “Meskipun konteksnya berbeda, dialog dan berbagi pengalaman ini akan sangat bermanfaat bagi Indonesia.”
Menurutnya, kerja sama ini juga membuka peluang besar bagi inovasi teknologi dan model pembiayaan baru, khususnya skema kemitraan pemerintah-swasta (public-private partnerships/PPP). Kehadiran tujuh perusahaan teknologi air terkemuka dari Singapura dalam workshop ini menunjukkan minat serius mereka untuk berkontribusi dalam pengembangan sektor air di Indonesia.
Workshop ini diisi dengan berbagai sesi presentasi, termasuk paparan mengenai ekosistem air di Singapura oleh EnterpriseSG, peluang di Indonesia oleh Kementerian PUPR, prioritas PDAM, serta manajemen non-revenue water (NRW) oleh Singapore PUB. Sesi diakhiri dengan diskusi mengenai model pembiayaan proyek infrastruktur air.
Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah awal yang konkret, menghasilkan kemitraan yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk masa depan Indonesia.