JAKARTA – Jika Anda merasa lingkaran pertemanan semakin kecil seiring bertambahnya usia, Anda tidak sendirian. Fenomena ini, yang sering dianggap sebagai bagian alami dari proses kedewasaan, ternyata memiliki dasar ilmiah dan data yang kuat. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa saat dewasa, kualitas persahabatan cenderung mengungguli kuantitas, meskipun proses ini seringkali melibatkan hilangnya kontak dengan sejumlah teman lama.
Baca Juga : Panduan Lengkap Teks Bilal Sholat Jumat: Tata Cara, Fungsi, Arab, Latin, dan Terjemah
Bukti Statistik: Penyusutan Lingkaran Sosial
Sebuah survei komprehensif yang dilakukan oleh Talker Research terhadap 2.000 orang dewasa di Amerika Serikat memberikan gambaran jelas mengenai tren ini:
- Mayoritas Merasakan Sulitnya Berteman: Sebanyak 69% responden (hampir tujuh dari sepuluh orang) mengakui bahwa semakin sulit untuk memiliki teman dekat seiring bertambahnya usia.
- Jumlah Teman Inti: Rata-rata responden hanya memiliki tiga hingga empat teman dekat yang benar-benar mereka percayai.
- Kehilangan Kontak Tahunan: Responden memperkirakan mereka kehilangan kontak dengan hampir satu teman baik setiap tahunnya. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, rata-rata orang telah kehilangan koneksi dengan sekitar sembilan teman.
Perbedaan Antargenerasi dan Gender
Data survei juga menyoroti perbedaan signifikan dalam pengalaman kehilangan teman:
| Kelompok | Rata-Rata Kehilangan Teman (10 Tahun Terakhir) |
| Gen Z | 10 teman (Tertinggi) |
| Pria | 9,6 teman |
| Wanita | 7-8 teman |
| Baby Boomer | 7,7 teman (Terendah) |
Gen Z tercatat sebagai kelompok yang paling banyak mengalami perpisahan pertemanan, sementara menariknya, pria secara konsisten melaporkan kehilangan teman dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan wanita.
Enam Alasan Utama di Balik Memudarnya Persahabatan
Laporan tersebut mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang secara ilmiah dan sosial mendorong menyusutnya lingkaran pertemanan:
1. Jarak Geografis (50%)
Ini adalah alasan nomor satu. Pindah kota, berganti pekerjaan, atau menjalani jalur hidup yang berbeda secara fisik membuat komunikasi berangsur renggang. “Bertambahnya jarak sering kali menjadi awal dari hilangnya koneksi emosional,” sebut laporan survei.
2. Transisi Kehidupan (48%)
Perubahan besar dalam fase hidup seseorang (seperti menikah, memiliki anak, atau perubahan karier drastis) secara otomatis mengubah prioritas dan mengikis waktu sosial yang tersedia.
3. Kurangnya Inisiatif dan Waktu (40% dan 35%)
Sebagian besar responden mengakui bahwa pertemanan memudar karena salah satu atau kedua belah pihak berhenti menghubungi. Secara spesifik, 25% responden menyebut kurangnya waktu sebagai alasan utama, mencerminkan padatnya tuntutan hidup dewasa.
4. Perubahan Nilai dan Pandangan Hidup (22%)
Seiring bertambahnya usia, nilai, pandangan politik, atau tujuan hidup seseorang bisa berubah signifikan. Perbedaan ini menjadi penyebab keretakan pertemanan, terutama sangat dirasakan oleh kelompok Milenial.
Perbedaan Prioritas Generasi
Menariknya, Baby Boomer lebih banyak kehilangan teman karena faktor geografis, menunjukkan bahwa pada fase hidup tersebut, perpindahan atau pensiun menjadi faktor dominan, sementara perubahan nilai lebih memengaruhi generasi muda.
Tantangan Membangun Pertemanan Baru Saat Dewasa
Menurut Kylie Sligar, seorang psikolog klinis dan salah satu pendiri All in Bloom Therapy, kesulitan membangun pertemanan baru di usia dewasa adalah hal yang wajar dan didukung oleh alasan struktural:
- Minimnya Kesempatan Alami: “Menjalin pertemanan di masa dewasa bisa sangat menantang karena tidak banyak kesempatan alami untuk bertemu orang baru seperti saat kita masih sekolah atau kuliah,” jelas Sligar.
- Dampak Digitalisasi: Kehidupan modern yang semakin terdigitalisasi seringkali menghalangi upaya untuk membangun koneksi tatap muka yang lebih nyata dan bermakna.
Sligar menekankan bahwa untuk membentuk hubungan baru yang bermakna, seseorang perlu berani mengambil inisiatif, konsisten, dan bersedia sedikit membuka diri.
Kualitas Melebihi Kuantitas
Meskipun penyusutan lingkaran sosial bisa terasa menyedihkan, fenomena ini tidak selalu negatif. Seiring bertambahnya tanggung jawab, pertemanan yang tersisa adalah hubungan yang cenderung lebih tulus, stabil, dan bermakna.
“Kualitas koneksi jauh lebih berharga daripada banyaknya jumlah teman,” pungkas Sligar. Pada akhirnya, kedewasaan mengajarkan kita untuk menginvestasikan waktu dan energi hanya pada persahabatan yang benar-benar memberikan dukungan dan nilai positif dalam hidup.
