Otak di Balik Penculikan Kacab Bank: Misteri Rekening ‘Tidur’ dan Peran Jaringan Kriminal

Otak di Balik Penculikan Kacab Bank: Misteri Rekening 'Tidur' dan Peran Jaringan Kriminal

Kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang sebuah bank, M. Ilham Pradipta (37), akhirnya terungkap dengan motif yang mengejutkan: menguras dana dari rekening dormant atau rekening tak aktif. Jaringan kriminal yang terlibat ternyata sangat terorganisir, melibatkan 16 tersangka sipil dan dua oknum TNI AD.

Baca Juga : Berhemat Ujung-ujungnya Buntung: Kisah Ganti Oli Berujung Turun Mesin

Kepolisian membagi peran para tersangka ini ke dalam empat kelompok atau “klaster” yang bekerja secara terstruktur, dipimpin oleh seorang otak intelektual yang memiliki informasi rahasia mengenai data rekening-rekening dormant.

Peran Kritis dari Empat Klaster
Klaster Otak Pelaku: Kelompok ini merupakan dalang di balik seluruh rencana. Anggotanya, termasuk C alias Ken (yang memiliki data rekening dormant), Dwi Hartono (DH), dan AAM, merencanakan penculikan dan menyusun strategi untuk memindahkan dana. Mereka bahkan menyiapkan tim IT khusus untuk melancarkan aksinya.

Klaster Penculikan: Tim ini bertugas mengeksekusi penculikan di lapangan. Mereka menculik Ilham dari area parkir supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Lima tersangka sipil dan satu oknum TNI AD (Kopda FH) terlibat dalam klaster ini.

Klaster Penganiayaan: Klaster ini bertanggung jawab atas kekerasan yang dialami korban. Sayangnya, tindakan penganiayaan ini berujung pada kematian Ilham. Klaster ini melibatkan tiga tersangka, termasuk JP yang juga merupakan otak di balik rencana, serta oknum TNI AD (Serka N).

Klaster Pengintai: Tim ini berperan mengintai pergerakan korban sebelum penculikan. Mereka memastikan lokasi dan waktu yang tepat untuk melancarkan serangan.

Misteri Sosok Pembisik Rekening ‘Tidur’
Penyelidikan polisi mengungkap bahwa informasi mengenai rekening dormant—yang menjadi kunci dari seluruh kejahatan ini—didapatkan oleh tersangka utama, C alias Ken, dari seorang rekannya berinisial S.

Namun, sosok S ini masih menjadi misteri. Polisi masih mendalami identitasnya karena Ken belum sepenuhnya terbuka. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah S memiliki akses internal ke data perbankan, atau apakah ia juga mendapatkan informasi dari sumber lain? Sejauh ini, polisi belum menemukan bukti keterlibatan pegawai bank dalam kasus ini, tetapi penyelidikan masih terus berjalan.

Para pelaku memilih Ilham secara acak, hanya bermodalkan kartu nama. Awalnya, mereka hanya ingin “membujuk” kepala cabang bank untuk bekerja sama. Rencana awal mereka adalah melepaskan Ilham setelah proses pemindahan dana berhasil, tetapi semuanya berubah setelah Ilham tewas di tangan para pelaku.

Kasus ini menjadi pengingat serius tentang bahaya kejahatan terorganisir yang memanfaatkan data sensitif. Penyelidikan mendalam masih terus dilakukan untuk mengungkap seluruh jaringan, termasuk identitas sosok S, demi menuntaskan kasus ini secara menyeluruh.